Rabu, 18 April 2012

LABIOSKISIS DAN PALATOSKISIS


LABIOSKISIS DAN PALATOSKISIS
MAKALAH
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
ASKEB NEONATUS, BAYI DAN BALITA

Dosen Pengampu : Shinta Ika Sandhi S.Si,T

 









Di Susun Oleh :
Siti Nursaidah
10.010

AKADEMI KEBIDANAN SOKO TUNGGAL
SEMARANG
2010
KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Bahwa penulis telah menyelesaikan tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dab Balita tentang Labioskisis dan Palatoskisis.
            Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan bimbingan dari Dosen pengampu dan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
            Dosen Mata Kuliah ASKEB Neonatu, Bayi dan Balia, yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis.
           Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.
                                                                                   


           
                                                                                                       Semarang,      Oktober  2011
                                                                                                                         Penulis






DAFTAR ISI





















BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Labio / Palato skisis merupakan kongenital yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah (Ngastiah, 2005 : 167)2. Bibir sumbing adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya propsuesus nasal median dan maksilaris untuk menyatu selama perkembangan embriotik. (Wong, Donna L. 2003)3. Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada polatum yang terjadi karena kegagalan 2 sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik (Wong, Donna L. 2003).
 Labio Palato skisis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut, palato skisis (subbing palatum) dan labio skisis (sumbing tulang) untuk menyatu selama perkembangan embrio (Hidayat, Aziz, 2005:21)
Kelainan congenital ini diduga disebabkan karena factor herediter dan factor eksternal. Yang termasuk dalam factor herediter yaitu gilarsi : 75% dari faktor keturunan resesif dan 25% bersifat dominan, mutasi gen dan kelainan kromosom. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor usia ibu,obat-obatan. (Asetosal, Aspirin (SCHARDEIN-1985) Rifampisin, Fenasetin, Sulfonamid, Aminoglikosid, indometasin, Asam Flufetamat, Ibuprofen, Penisilamin, Antihistamin dapat menyebabkan celah langit-langit. Antineoplastik, Kortikosteroid), Nutrisi,  Penyakit infeksi (sifilis dan rubella), Radiasi,Stres emosional, Trauma, (trimester pertama).

B.     Tujuan
1.    Memenuhi tugas mata kuliah Askep Neonatus Bayi dan Balita.
2.    Menambah dan memperluas pengetahuan tentang Labio palato skisis bagi penulis.
3.    Memberikan informasi kepada pembaca tentang Labio palato skisis bagi pembaca






BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Labioskisis dan Labiospalatoskisis
a.      Pengertian
            Labio / Palato skisis merupakan kongenital yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah (Ngastiah, 2005 : 167). Bibir sumbing adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya propsuesus nasal median dan maksilaris untuk menyatu selama perkembangan embriotik. (Wong, Donna L. 2003). Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada polatum yang terjadi karena kegagalan 2 sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik (Wong, Donna L. 2003). Labio Palato skisis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut, palato skisis (subbing palatum) dan labio skisis (sumbing tulang) untuk menyatu selama perkembangan embrio (Hidayat, Aziz, 2005:21)

b.      Klasifikasi
·      Berdasarkan organ yang terlibat
-       Celah di bibir (labioskizis)
-       Celah di gusi (gnatoskizis)
-       Celah di langit (palatoskizis)
-       Celah dapat terjadi lebih dari satu organ mis = terjadi di bibir dan langit-langit (labiopalatoskizis)
·      Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk
-       Unilateral Incomplete à Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.
 





-       Unilateral complete à Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan memanjang hingga ke hidung.
 





-       Bilateral complete à Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.





c.       Faktor yang mempengaruhi terjadinya bibir sumbing
·      Factor Genetik atau keturunan
Dimana terjadi karena adaya adanya mutasi gen ataupun kelainan kromosom. Pada setiap sel yang normal mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom non-sex ( kromosom 1 s/d 22 ) dan 1 pasang kromosom sex ( kromosom X dan Y ) yang menentukan jenis kelamin. Pada penderita bibir sumbing terjadi Trisomi 13 atau Sindroma Patau dimana ada 3 untai kromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total kromosom pada tiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal seperti ini selain menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan gangguan berat pada perkembangan otak, jantung, dan ginjal. Namun kelainan ini sangat jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000-10000 bayi yang lahir.
·      Kurang Nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C pada waktu hamil, kekurangan asam folat.
·      Radiasi
·      Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.
·      Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi Rubella dan Sifilis, toxoplasmosis dan klamidia
·      Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat toksisitas selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol, terapi penitonin
·      Multifaktoral dan mutasi genetic
·      Diplasia ektodermal yaitu dipakai untuk sekelompok kelainan yang secara anatomis maupun fisiologis mengalami kerusakan berbagai struktur, yaitu gigi, kulit beserta apendiksnya, termasuk rambut, kuku, kelenjar ekrin dan kelenjar sebasea

d.      Tanda dan Gejala
Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu :
o  Terjadi pamisahan Langit-langit
o  Terjadi pemisahan bibir
o  Terjadi pemisahan bibir dan langit-langit
o  Infeksi telinga
o  Berat badan tidak bertambah
o  Pada bayi terjadi regurgitasi nasal ketika menyusui yaitu keluarnya air susu dari hidung.

e.       Manifestasi
·      Pada Labio skisis
-       Distorsi pada hidung
-       Tampak sebagian atau keduanya
-       Adanya celah pada bibir
·      Pada Palati skisis
-       Tampak ada celah pada tekak (unla), palato lunak, keras dan faramen incisive.
-       Ada rongga pada hidung.
-       Distorsi hidung
-       Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksadn jari
-       Kesukaran dalam menghisap/makan.
f.       Komplikasi
·      Gangguan bicara
·      Terjadinya atitis media
·      Aspirasi
·      Distress pernafasan
·      Resiko infeksi saluran nafas
·      Pertumbuhan dan perkembangan terhambat
·      Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh atitis media rekureris sekunder akibat disfungsi tuba eustachius.
·      Masalah gigi
·      Perubahan harga diri dan citra tubuh yang dipengaruhi derajat kecacatan dan jaringan paruh
·      Kesulitan makan

B.     PENATALAKSANAAN
1.    Penatalaksanaan Medis  
           Penatalaksanaan bibir sumbing à tindakan bedah efektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Adanya kemajuan teknik bedah, orbodantis,dokter anak, dokter THT, serta hasil akhir tindakan koreksi kosmetik dan fungsional menjadi lebih baik. Tergantung dari berat ringan yang ada, maka tindakan bedah maupun ortidentik dilakukan secara bertahap.Biasanya penutupan celah bibir melalui pembedahan dilakukan bila bayi tersebut telah berumur 1-2 bulan. Setelah memperlihatkan penambahan berat badan yang memuaskan dan bebas dari infeksi induk, saluran nafas atau sistemis. Perbedahan ini dapat diperbaiki kembali pada usia 4-5 tahun. Pada kebanyakan kasus, pembedahan pada hidung hendaknya ditunda hingga mencapi usia pubertas.
                Karena celah-celah pada langit-langit mempunyai ukuran, bentuk danderajat cerat yang cukup besar, maka pada saat pembedahan, perbaikan harus disesuaikan bagi masing-masing penderita.
               Waktu optimal untuk melakukan pembedahan langit-langit bervariasi dari 6 bulan – 5 tahun. Jika perbaikan pembedahan tertunda hingga berumur 3 tahun, maka sebuah balon bicara dapat dilekatkan pada bagian belakang geligi maksila sehingga kontraksi otot-otot faring dan velfaring dapat menyebabkan jaringan-jaringan bersentuhan dengan balon tadi untuk menghasilkan penutup nasoporing.
2. Penta laksanaan Keperawatan
a. Perawatan Pra-Operasi:
·      Fasilitas penyesuaian yang positif dari orangtua terhadap bayi.
-       Bantu orangtua dalam mengatasi reaksi berduka
-       Dorong orangtua untuk mengekspresikan perasaannya.
-       Diskusikan tentang pembedahan
-       Berikan informasi yang membangkitkan harapan dan perasaan yang positif terhadap bayi.
-       Tunjukkan sikap penerimaan terhadap bayi.
·      Tingkatkan dan pertahankan asupan dan nutrisi yang adequate.
-       Fasilitasi menyusui dengan ASI atau susu formula dengan botol atau dot yang cocok.Monitor atau mengobservasi kemampuan menelan dan menghisap.
-       Tempatkan bayi pada posisi yang tegak dan arahkan aliran susu ke dinding mulut.
-       Arahkan cairan ke sebalah dalam gusi di dekat lidah.
-       Sendawkan bayi dengan sering selama pemberian makan
-       Kaji respon bayi terhadap pemberian susu.
-       Akhiri pemberian susu dengan air.
·      Tingkatkan dan pertahankan kepatenan jalan nafas
-       Pantau status pernafasan
-       Posisikan bayi miring kekanan dengan sedikit ditinggikan
-       Letakkan selalu alat penghisap di dekat bayi
b. Operasi
  Tahapan operasi, pada saat ini yang diperhatikan adalah soal kesiapan tubuh si bayi menerima perlakuan operasi, hal ini hanya bisa diputuskan oleh seorang ahli bedah Usia optimal untuk operasi bibir sumbing (labioplasty) adalah usia 3 bulan. Usia ini dipilih mengingat pengucapan bahasa bibir dimulai pada usia 5-6 bulan sehingga jika koreksi pada bibir lebih dari usia tersebut maka pengucapan huruf bibir sudah terlanjur salah sehingga kalau dilakukan operasi pengucapan huruf bibir tetap menjadi kurang sempurna.
          Operasi untuk langit-langit (palatoplasty) optimal pada usia 18 – 20 bulan mengingat anak aktif bicara usia 2 tahun dan sebelum anak masuk sekolah. Palatoplasty dilakukan sedini mungkin (15-24 bulan) sebelum anak mulai bicara lengkap sehingga pusat bicara di otak belum membentuk cara bicara. Kalau operasi dikerjakan terlambat, sering hasil operasi dalam hal kemampuan mengeluarkan suara normal atau tidak sangat sulit dicapai.
        Operasi yang dilakukan sesudah usia 2 tahun harus diikuti dengan tindakan speech teraphy karena jika tidak, setelah operasi suara sengau pada saat bicara tetap terjadi karena anak sudah terbiasa melafalkan suara yang salah, sudah ada mekanisme kompensasi memposisikan lidah pada posisi yang salah. Bila gusi juga terbelah (gnatoschizis) kelainannya menjadi labiognatopalatoschizis, koreksi untuk gusi dilakukan pada saat usia 8–9 tahun bekerja sama dengan dokter gigi / orthodontist.
c. Perawatan Pasca-Operasi
·      Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adequate
-       Berikan makan cair selama 3 minggu mempergunakan alat penetes atau sendok.
-       Lanjutkan dengan makanan formula sesuai toleransi.
-       Lanjutkan dengan diet lunak
-       Sendawakan bayi selama pemberian makanan.
·      Tingkatkan penyembuhan dan pertahankan integritas daerah insisi anak.
-       Bersihkan garis sutura dengan hati-hati
-       Oleskan salep antibiotik pada garis sutura (Keiloskisis)
-       Bilas mulut dengan air sebelum dan sesudah pemberian makan.
-       Hindari memasukkan obyek ke dalam mulut anak sesudah pemberian makan untuk mencegah terjadinya aspirasi.
-       Pantau tanda-tanda infeksi pada tempat operasi dan secara sistemik.
-       Pantau tingkat nyeri pada bayi dan perlunya obat pereda nyeri.
-       Perhatikan pendarahan, edema, drainage.
-       Monitor keutuhan jaringan kulit
-       Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat tidak steril






























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Bayi lahir spontan dengan usia kehamilan cukup, berat bayi lahir cukup, apgar skore baik, pada saat pemeriksaan awal ditemukan kelainan kongenital labiopatoskisis. Diduga kuat akibat konsumsi obat-obatan sang ibu ketika masa kehamilan. Penatalaksanaan bayi ini seperti penatlaksanaan rutin bayi baru lahir, hanya saja diperlukan konsultasi kepada ahli bedah untuk penanganan selanjutnya.

B.     Saran
Mengingat proses penulisan makalah ini kami rasakan masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan mendatang.


















DAFTAR PUSTAKA


Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Anonim. Labiopaltoskisis. www.scrib.com. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2011
Sjamjuhidayat. DeJong. 2005. BukuAjarIlmuBedah. Jakarta:EGC. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar