Rabu, 18 April 2012

ATRESIA ANI


ATRESIA ANI
PADA NEONATUS
 MAKALAH
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Asuhak Kebidanan Neonatus
Dosen Pengampu : Shinta Ika Sandi. S. Si. T
Di Susun Oleh :
Ary Setyo Asih
10.001

AKADEMI KEBIDANAN SOKO TUNGGAL
SEMARANG
2011



KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Bahwa penulis telah menyelesaikan tugas mata pelajaran Asuhan neonates.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Dosen Mata asuhan neonatus, yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.




Semarang, November  2011
                                                                                                Penulis




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Istilah atresia ani berasal dari bahasa Yunani yaitu “ a “ yang artinya tidak ada dan trepsis yang berarti makanan dan nutrisi. Dalam istilah kedokteran, atresia ani adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang yang normal.
Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforatameliputi anus, rektum, atau batas di antara keduanya (Betz, 2002). Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna, 2003). Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suradi, 2001). Atresia ani atau anus imperforata adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian endoterm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rektum (Purwanto, 2001).
B.        Tujuan
           Untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan Balita.





BAB II
ISI
A. Pengertian Atresia Ani
Atresia Ani / Atresia Rekti adalah ketiadaan atau tertutupnya rectal secara kongenital (Dorland, 1998).
Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus, rektum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002)
Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003).
Atresia berasal dari bahasa Yunani, a artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura. Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya
Suatu perineum tanpa apertura anal diuraikan sebagai inperforata. Ladd dan Gross (1966) membagi anus inperforata dalam 4 golongan, yaitu:
1.      Stenosis rectum yang lebih rendah atau pada anus
2.      Membran anus menetap
  1. Anus inperforata dan ujung rectum yang buntu terletak pada bermacam-macam jarak dari peritoneum
  2. Lubang anus yang terpisah dengan ujung rectum yang buntu
      Pada golongan 3 hampir selalu disertai fistula, pada bayi wanita yang sering ditemukan fisula rektovaginal (bayi buang air besar lewat vagina) dan jarang rektoperineal, tidak pernah rektobrinarius. Sedang pada bayi laki-laki dapat terjadi fistula rektourinarius dan berakhir dikandung kemih atau uretra serta jarang rektoperineal
B.     Tanda Gejala :
1.      Tanda dan gejala dari Atrsia Ani ini antara lain adalah : Mekonium tidak keluar dalam waktu 24 - 48 jam setelah lahir.
2.      Tinja keluar dari vagina atau uretra.
3.      Perut menggembung.
4.      Muntah.
5.      Tidak bisa buang air besar.
6.      Tidak adanya anus, dengan ada/tidak adanya fistula.
7.      Pada atresia ani letak rendah mengakibatkan distensi perut, muntah, gangguan cairan elektrolit dan asam basa.

C.    Etiologi :
Atresia ani ini dikarenakan oleh ketidak normalan perkembangan janin dalam rahim selama kehamilan, kelainan ini karena tidak berfungsinya secara penuh saluran anus dan akan menjadi kelainan bawaan. Adaikatakan kelainan bawaan larena kelainan ini terjadi pada bayi yang didapat segera setelah lahir.
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
Kegagalan pada fase embrio yang penyebab belum diketahui
Faktor Herediter
Abnormal kromosom, mutasi gen dan teratogen

D.    Klasifikasi :
Melbourne membagi berdasarkan garis pubocoxigeus dan garis yang melewati ischii kelainan disebut :
1)      Letak tinggi, rectum berakhir di atas M.Levator ani ( m.pubo coxigeus )
2)      Letak intermediet, akhiran rectum terletak di M.Levator ani
3)      Letak rendah, akhiran rectum berakhir di bawah M.Levator ani

E.     Komplikasi :
Obstruksi intestinal atau persumbatannya saluran pencernaan atau konstipasi.

F. Patofisiologi Atresia Ani disebabkan karena :
1) Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik
2) Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur
3) Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan
4) Berkaitan dengan sindrom down
5) Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan
G. Terdapat tiga macam letak
1)       Tinggi (supralevator) → rektum berakhir di atas M.Levator ani (m.puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum >1 cm. Letak upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital
2)       Intermediate → rectum terletak pada m.levator ani tapi tidak menembusnya
3)       Rendah → rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara kulit dan ujung rectum paling jauh 1 cm.
Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina/perineum
Pada laki-laki umumnya letak tinggi, bila ada fistula ke traktus urinarius
H. Gambaran Klinik Atresia Ani
               Pada sebagian besar anomati ini neonatus ditemukan dengan obstruksi usus. Tanda berikut merupakan indikasi beberapa abnormalitas:
1. Tidak adanya apertura anal
2. Mekonium yang keluar dari suatu orifisium abnormal
3. Muntah dengan abdomen yang kembung
4 . Kesukaran defekasi,  misalnya dikeluarkannya feses mirip seperti stenosis
      Untuk mengetahui kelainan ini secara dini, pada semua bayi baru lahir harus dilakukan colok anus dengan menggunakan termometer yang dimasukkan sampai sepanjang 2 cm ke dalam anus. Atau dapat juga dengan jari kelingking yang memakai sarung tangan. Jika terdapat kelainan, maka termometer atau jari tidak dapat masuk. Bila anus terlihat normal dan penyumbatan terdapat lebih tinggi dari perineum. Gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah lahir berupa perut kembung, muntah berwarna hijau.
I.       Penatalaksanaan Atresia Ani
1. Medik:
a)         Eksisi membran anal
b)         Fistula, yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah umur 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus
c)         Dilakukan pembedahan untuk membentuk lubang anus
d)        Jika terdapat fistula juga dilakukan penutupan fistula
e)         Dilakukan rujukan untuk dilakukan fotorongent
f)          Dokter bedah akan membuatkan lubang dubur sementara, mengenai tempat tergantung jarak usus yang mampat
g)         Apabila ususnya pendek maka akak ditarik dan dibuat lubang
h)         Apabila panjang biasanya dibuatkan lubang dulu lewat dinding perut, pada usia 5 bulan dapat dibuat cara pembedahan lubang dubur atau tergantung dari kondisi anak.
2. Keperawatan          
Kepada orang tua perlu diberitahukan mengenai kelainan pada anaknya dan keadaan tersebut dapat diperbaiki dengan jalan operasi. Operasi akan dilakukan 2 tahap yaitu tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan dilakukan operasi tahapan ke 2, selain itu perlu diberitahukan perawatan anus buatan dalam menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi. Serta memperhatikan kesehatan bayi.


M. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Atresia Ani
1. Gangguan eliminasi BAK
     Tujuan :
Tidak terjadi perubahan pola eliminasi BAK setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria evaluasi: Pasien dapat BAK dengan normal, tidak ada perubahan pada jumlah urine.
Intervensi :
1)          Kaji pola eliminasi BAK pasien
2)          Awasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine
3)          Selidiki keluhan kandung kemih penuh
4)          Awasi/observasi hasil laboratorium
5)          Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
2. Gangguan rasa nyaman, nyeri
Tujuan :
Pasien merasa nyaman setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan KH:
1)      Nyeri berkurang
2)      Pasien merasa tenang
a.       Intervensi :
3)      kaji tingkat nyeri yang dirasakan pasien
4)      Ajarkan teknik relaksasi distraksi
5)      Berikan posisi yang nyaman pada pasien
6)      Jelaskan penyebab nyeri dan awasi perubahan kejadian
7)      Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
  1. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan :
Tidak terjadi kekurangan nutrisi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam dengan KH :
1)         Pasien tidak mengalami penurunan berat badan
2)         Turgor pasien baik
3)         Pasien tidak mual, muntah
4)         Nafsu makan bertambah
a.          Intervensi :
5)         Kaji KU pasien
6)         Timbang berat badan pasien
7)         Catat frekuensi mual, muntah pasien
8)         Catat masukan nutrisi pasien
9)         Beri motivasi pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi
10)  Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan menu
  1. Nyeri
Tujuan :
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam pertama dengan KH:
1)         Nyeri berkurang
2)         Pasien merasa tenang
3)         Tidak ada perubahan tanda vital
Intervensi :
4)         Kaji tingkat nyeri yang dirasakan pasien
5)         Berikan penjelasan pada pasien tentang nyeri yang terjadi
6)         Berikan tindakan kenyamanan, yakinkan pada pasien bahwa perubahan posisi tidak menciderai stoma
7)         Ajarkan teknik relaksasi, distraksi
8)         Bantu melakukan latihan rentang gerak
9)         Awasi adanya kekakuan otot abdominal
10)     Kolaborasi pemberian analgetik
3.      Resti kerusakan integritas kulit
Tujuan :
              Tidak terjadi kerusakan integritas kulit setalah dilakukan tindakan keperawatan 24 jam pertama dengan KH:
1)      Mempertahankan integritas kulit
2)      Tidak terdapat tanda-tanda kerusakan integritas kulit
3)      Mengindentifisikasi faktor resiko individu
a.       Intervensi :
4)      Lihat stoma/area kulit peristomal pada setiap penggantian kantong
5)      Ukur stoma secara periodik misalnya tiap perubahan kantong
6)      Berikan perlindungan kulit yang efektif
7)      Kosongkan irigasi dan kebersihan dengan rutin
8)      Awasi adanya rasa gatal disekitar stoma
9)      Kolaborasi dengan ahli terapi.







BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Penulis menyimpulkan bahwa, atresia ani adalah kelainan kongenital dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feses karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan. 6
Kelainan bentuk anus akan menyebabkan gangguan buang airbesar:
- Ketika lubang anus sempit, bayi kesulitan BAB menyebabkan konstipasidanketidaknyamanan.
- Jika terdapat selaput pada akhiran jalan keluar anus, bayi tidak bisa BAB.
- Ketika rektum tidak berhubungan dengan anus tetapi terdapat fistula, feses akan keluar melalui fistula tersebut sebagai pengganti anus. Hal ini dapat menyebabkan infeksi.
- Jika rektum tidak berhubungan dengan anus dan tidak terdapat fistula sehingga feses tidak dapat dikeluarkan dari tubuh dan bayi tidak dapat BAB
    1. Saran
Berdasarkan penjelasan mengenai Atresia Ani pada neonates di atas maka sebagai tenaga kesehatan kita harus mampu mengenali dan menangani sedini mungkin untuk mencegah kematian neonates.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar