Rabu, 18 April 2012

Atresia DuodenaL


ATRESIA DUODENAL
MAKALAH

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah
ASKEB NEONATUS, BAYI DAN BALITA

Dosen Pengampu : SHINTA IKA SANDHI, S.Si.T






Di susun oleh:
Bunga Whida Ayu Permadani (10.002)

AKADEMI KEBIDANAN SOKO TUNGGAL SEMARANG
2010/2011







KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis mendapat kesehatan dan kekuatan fisik serta pikiran sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ ATRESIA DUODENI ”. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah “ASUHAN NEONATUS, BAYI dan BALITA” untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman tentang mata kuliah ini.


Tidak lupa pula pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan kepada dosen mata kuliah “ASUHAN NEONATUS, BAYI dan BALITA” , yaitu:Shinta Ika Sandhi, S.SiT, yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan makalah ini, juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.


Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis harapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini.


Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.





Semarang, 4 Oktober 2011


                                                                                       Penulis
ii
 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................            i
KATA PENGANTAR .................................................................................           ii
DAFTAR ISI ................................................................................................         iii
BAB I       PENDAHULUAN
                  A.  Latar Belakang ...................................................................           1
                  B.  Rumusan Masalah ..............................................................           2
                  C.  Tujuan ..................................................................................           2
BAB II      LANDASAN TEORI
                  A.  Pengertian ...........................................................................           3
                  B.  Etiologi Atresia Duodeni ..................................................           3
                  C.  Tanda dan Gejala Atresia Duodeni .......................................           4
                  D.  Komplikasi ............................................................................           4
                  E.  Penatalaksanaan ....................................................................           4
                  F.  Pemeriksaan Penunjang .........................................................           5
                  G.  Angka Kejadian ....................................................................           5
BAB III     PENUTUP
                  A.  Kesimpulan .........................................................................           6
                  B.  Saran ....................................................................................           7
DAFTAR PUSTAKA

iii
 


BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Pada era globalisasi sekarang ini, banyak sekali perubahan baik ilmu pengetahuan, teknologi maupun perubahan pola pikir masyarakat. Tuntutan masyarakat terhadap kualitas dan profesionalisme pemberian pelayanan kesehatan semakin meningkat. Kebidanan sebagai profesi dan bidan sebagai tenaga profesional juga dituntut untuk bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kebidananan sesuai kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara mandiri maupun bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lainnya.

Tenaga bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan memegang peranan penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Bahkan WHO menyatakan bahwa bidan merupakan “back bone” untuk mencapai target-target global, nasional maupun daerah. Hal ini disebabkan karena bidan merupakan tenaga kesehatan yang melayani pasien selama 24 jam secara terus menerus dan berkesinambungan serta berada pada garis terdepan dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan membantu memberikan informasi tentang kesehatan.

Atresia adalah tidak terbentukknya atau tersumbatnya suatu saluran dari organ-organ. Atresia Duodenal adalah tidak terbentuknya atau tersumbatnya duodenum (bagian terkecil dari usus halus) sehingga tidak dapat dilalui makanan yang akan ke usus. Atresia duodenum merupakan salah satu abnormalitas usus yang biasa didalam ahli bedah pediatric. Atresia duodenal ini dijumpai satu diantara 300 - 4.500 kelahiran hidup. Lebih dari 40% dari kasus kelainan ini ditemukan pada bayi dengan sindrom down.

1
 

  1. Rumusan masalah

Untuk memudahkan dalam pembuatan makalah ini penulis mencoba untuk merumuskan masalah diantaranya :

1.      Pengertian dari Atresia Duodeni
2.      Etiologi dari Atresia Duodeni
3.      Tanda dan Gejala dari Atresia Duodeni
4.      Komplikasi
5.      Penatalaksanaan dari Atresia Duodeni
6.      Pemeriksaan Penunjang
7.      Angka Kejadian

  1. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah memberikan kemampuan kepada mahasiswi untuk memahami kelainan kelainan yang terjadi pada bayi baru lahir.















2
 

BAB II
LANDASAN TEORI

  1. Pengertian
Atresia duodeni merupakan suatu kondisi dimana duodenum (bagian pertama dari usus halus) tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak berupa saluran terbuka dari lambung yang tidak memungkinkan perjalanan makanan dari lambung ke usus.

Atresia Duodeni adalah tidak terbentuknya atau tersumbatnya duodenum (bagian terkecil dari usus halus) sehingga tidak dapat dilalui makanan yang akan ke usus.

Atresia Duodeni adalah obstruksi lumen usus oleh membran utuh, tali fibrosa yang menghubungkan dua ujung kantong duodenum yang buntu pendek, atau suatu celah antara ujung-ujung duodenum yang tidak bersambung.

Atresia Duodeni adalah buntunya saluran pada duedenum yang biasanya terjadi pada ampula arteri.

B. Etiologi Atresia Duodeni
Penyebab yang mendasari terjadinya atresia duodenum masih belum diketahui, tapi ada beberapa yang bisa menyebabkan atresia duodenum :
a.       Gangguan perkembangan pada awal masa kehamilan (minggu ke-4 dan ke-5 ).
b.      Gangguan pembuluh darah.
c.       Banyak terjadi pada bayi prematur.
d.      Banyak ditemukan pada bayi sindrom down.
e.       Suplay darah yang rendah pada masa kehamilan sehingga duodenum mengalami penyempitan dan menjadi obstruksi.

3
 

C. Tanda dan Gejala Atresia Duodeni
a.      Perutnya menggelembung (kembung) di daerah epigastrum pada 24 jam atau sesudahnya.
b.      Muntah segera setelah lahir berwarna kehijau - hijauan karena empedu (biliosa).
c.         Muntah terus - menerus meskipun bayi dipuasakan selama beberapa jam.
d.        Bayi muntah tanpa disertai distensi abdomen.
e.         Tidak kencing setelah disusui.
f.          Tidak ada gerakan usus setelah pengeluaran mekonium.
g.         Pembengkakan abdomen pada bagian atas.
h.        Hilangnya bising usus setelah beberapa kali buang air besar mekonium.
i.          Berat badan menurun atau sukar bertambah.
j.          Polihidramnion terlihat pada 50 % dengan atresia duodenal.
k.         Ikterik.

  1. Komplikasi

Dapat ditemukan kelainan kongenital lainnya. Mudah terjadi dehidrasi, terutama bila tidak terpasang line intravena. Setelah pembedahan, dapat terjadi komplikasi lanjut seperti pembengkakan duodenum (megaduodenum), gangguan motilitas usus, atau refluks gastroesofageal.

  1. Penatalaksanaan
Prinsip terapi :
a.         Perbaiki keadaan umum dengan cara memberikan cairan elektrolit melalui intravena untuk mengatasi defisit cairan tubuh yang ditimbulkan oleh muntah - muntah.
b.         
4
 
Pemasangan tuba orogastrik untuk mendekompresi lambung.

c.         Dilakukan pembedahan untuk mengoreksi kebuntuan duodenum (duodenoduodenostomi).

  1. Pemeriksaan Penunjang
a.      Dengan X-ray abdomen (USG prenatal) memperlihatkan pola gelembung ganda yang berisi udara dalam usus bagian bawah.
b.      Suatu enema barium dapat diperlihatkan berasosiasi dengan keadaan malrotasi.

G.    Angka Kejadian
Description: C:\Users\DAK\Pictures\DuodenalAtresia2_L.gif
Atresia duodeni merupakan salah satu abnormalitas usus yang biasa didalam ahli bedah pediatric. Atresia duodeni ini dijumpai satu diantara 300 - 4.500 kelahiran hidup. Lebih dari 40% dari kasus kelainan ini ditemukan pada bayi dengan sindrom down. 90% penderita yang dioperasi hidup dengan baik.

















5
 

BAB III
PENUTUP


A.                Kesimpulan
Dari pembahasan yang terdahulu dapat ditarik kesimpulan bahwa :
*        Atresia duodeni adalah kondisi dimana duodenum (bagian pertama dari usus halus) tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak berupa saluran terbuka dari lambung yang tidak memungkinkan perjalanan makanan dari lambung ke usus.
*        Penyebab atresia duodeni :
a.    Gangguan perkembangan pada awal masa kehamilan (minggu ke-4 dan ke-5 ).
b.    Gangguan pembuluh darah.
c.    Banyak terjadi pada bayi prematur.
d.   Banyak ditemukan pada bayi sindrom down.
e.    Suplay darah yang rendah pada masa kehamilan sehingga duodenum mengalami penyempitan dan menjadi obstruksi.
*        Tanda dan Gejala Atresia Duodeni:
a.    Perutnya menggelembung (kembung) di daerah epigastrum pada 24 jam atau sesudahnya.
b.    BBL muntah segera setelah lahir berwarna kehijau - hijauan karena empedu (biliosa).
c.    Muntah terus - menerus meskipun bayi dipuasakan selama beberapa jam.
d.                  Bayi muntah tanpa disertai distensi abdomen.
e.                   Tidak kencing setelah disusui.
f.                   Tidak ada gerakan usus setelah pengeluaran mekonium.
g.                  Pembengkakan abdomen pada bagian atas.
h.    Hilangnya bising usus setelah beberapa kali buang air besar mekonium.
i.                    Berat badan menurun atau sukar bertambah.
j.                    
6
 
Polihidramnion terlihat pada 50 % dengan atresia duodenal.

k.                   Ikterik.
*        Masalah
a.     Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.
b.    Prematuritas.
c.    Anomaly yang berhubungan : trisomi 21 ( 33 % ), jantung, ginjal,    CNS, dan musculoskeletal.
*        Penatalaksanaan
a.       Perbaiki keadaan umum dengan cara memberikan cairan elektrolit melalui intravena untuk mengatasi defisit cairan tubuh yang ditimbulkan oleh muntah - muntah.
b.      Pemasangan tuba orogastrik untuk mendekompresi lambung.
c.       Dilakukan pembedahan untuk mengoreksi kebuntuan duodenum (duodenoduodenostomi).

B.     Saran

Sebaiknya kita sebagai mahasiswa kebidanan harus mempelajari tentang kelaianan bawaan dan penatalaksanannya khususnya atresia duodenum sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan bekal kita apabila sudah mengabdi dimasyarakat atau di tempat pelayanan kesehatan, demi kesejahteraan neonatus











7
 


DAFTAR PUSTAKA



Michigan multimedia, Dept.Of Surgery.Esophageal Astresia(online) 20 oktober 2008 (cited) 13 desember 2008. Availabe ferom URL.

Tong SC, Pitman M, Anupindi S.Ileocecal Enteric Duplication Cyst: Radiologic-Pathologic Correlation. Radiographichs 2002 Sept; 22: 1217-22.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar