Minggu, 11 Desember 2011

PROMOSI KESEHATAN BIDAN "GANGGUAN PSIKOLOGI IBU POST PARTUM "

ss=MsoNormal align=center style='text-align:center;line-height:150%'>
                     
                     PROMOSI KESEHATAN BIDAN


GANGGUAN PSIKOLOGI IBU POST PARTUM







Dosen Pengampu : Lohita Indu Anggayasti S. Si. T



Di Susun Oleh :
Nolvian
10.007


AKADEMI KEBIDANAN SOKO TUNGGAL
SEMARANG
2011



KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Bahwa penulis telah menyelesaikan tugas mata pelajaran Promosi Kesehatan tentang Imunisasi.
            Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
            Dosen Mata Kuliah Promosi Kesehatan, yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis.
           Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.
                                                                                   


                                                                                    
                                                                                Semarang, 20 November 2011
                                                                                   
 Penulis

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR …........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I  PENDAHULUAN
            A. LATAR BELAKANG ........................................................................... 1
            B. TUJUAN................................................................................................. 7

BAB II LANDASAN TEORI
             A. PROMOSI KESEHATAN.................................................................... 8
1.      Definisi Promosi Kesehatan...................................................... 8
2.      Penyerapan materi dalam promosi kesehatan…………...……..9
3.      Metode promosi kesehatan…………………………..….……..9
4.      Media Promosi Kesehatan………............................................16
5.      Sasaran Promosi Kesehatan…..................................................19
6.      Empat factor yang dapat mempengaruhi masyarakat agar merubah perilakunya………………………………………….20
7.      Strategi promosi kesehatan……………………………….…..20
8.      Tujuan Promosi Kesehatan.......................................................20
9.      Visi promosi kesehatan………………………………...……..21
10.  Misi promosi kesehatan…………………………………….21
           

 B. GANGGUAN PSIKOLOGI IBU POST PARTUM.........................................21
                        1. Depresi pasca melahirkan (post partum blues)...........................21
                        2. Depresi post partum.......................................................….........23
                        3. Post partum psikosa....................................................................30

C. PERBEDAAN DEPRESI POST PARTUM DENGAN BAYI BABY   BLUES……………………………………………………………………....33

BAB III SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)
A.    Sasaran ..........................................................….............................34
B.     Tujuan......................................................…...................................35
C.     Materi........................................................…..................................35
D.    Isi materi...................................................…...................................35
E.     Media......................................................….....................................36
F.      Tempat ................................................…........................................36
G.    Rincian kegiatan..............................................................................37

BAB III PENUTUP
              A. KESIMPULAN ….............................................................................. 38
              B. SARAN …...........................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
Promosi kesehatan merupakan langkah yang tepat untuk memandirikan masyarakat agar mengetahui dan dapat mendeteksi secara dini masalah kesehatan, terutama masalah mengenai kebidanan. Dengan membekali petugas kesehatan dengan ilmu promosi kesehatan, diharapkan dapat membantu pemerintah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
            Derajat kesehatan masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain perilaku dan lingkungan. Mengubah perilaku masyarakat yang tidak tahu tentang kesehatan menjadi perilaku yang sehat tidak semudah yang dibayangkan, sangat memerlukan kerja keras dari para promotor kesehatan.
Upaya promosi kesehatan merupakan tanggungjawab kita bersama, bahkan bukan sektor kesehatan semata, melainkan juga lintas sektor, masyarakat dan dunia usaha. Promosi kesehatan perlu didukung oleh semua pihak yang berkepentingan.
Rancangan program promosi kesehatan oleh bidan adalah memfokuskan bagaimana program kemitraan pelayanan persalinan terpadu dapat membantu peningkatan upaya keselamatan ibu dengan menjalin kemitraan dengan lintas sektoral yang terkait. Kemitraan mengandung arti saling bertukar pengetahuan, sumberdaya dan komitmen untuk mencapai tujuan bersama. Untuk itu diperlukan sikap saling menghargai dan keterbukaan tentang semua hal kemitraan dengan wanita.
Pendekatan partisipasif ini melibatkan kaum ibu mampu mengenali dan menentukan prioritas masalah kesehatan ibu, menyusun rencana pemecahan masalah bersama pemerintah setempat dan melaksanakannya. Beberapa kegiatannya adalah pelatihan dukun bayi, pendidikan dan pelatihan kaum wanita dan pria tentang persalinan yang aman dirumah serta tentang keluarga berencana, mengembangkan persiapan rujukan ke rumah sakit dan mengembangkan materi informasi tentang kesehatan reproduksi.
Oleh sebab itu, pusat promosi kesehatan sejak tahun 2005 telah melakukan perubahan mind set dalam pengembangan programnnya baik dipusat dan daerah yang dituangkan dalam kegiatan setiap tahun. Untuk mencapai target yang sudah ditetapkan setiap tahunnya maka pada tahun 2006 Pusat promosi kesehatan dan daerah mengalokasikan kegiatannya sesuai dengan 3 kegiatan pokok dan 12 kegiatan indikatifnya dengan beberapa penekanan kegiatan seperti pengembangan desa sehat, Peningkatan pencapaian PHBS RT sehat, Advokasi. Pengembangan model promosi kesehatan, penangan promosi KLB, Pengembangan media promosi, pelatihan, pengembangan profile, dll.
Melahirkan seorang bayi yang dinanti-nantikan dan direncanakan merupakan suatu hal yang menyenangkan dan memberikan kepuasan yang mendalam bagi seorang ibu. Dalam proses kelahiran anak pertamanya, pasangan suami istri akan mengalami suatu pengalaman yang pertama dalam hidup mereka, terlebih bagi seorang wanita sebagai ibu.
Bagi mereka kelahiran anak pertama merupakan suatu hal yang dapat menimbulkan perasaan yang sangat bahagia, menambah kesempurnaan dalam berumah tangga, terlebih jika anak yang lahir sesuai harapannya.
Arthur dan Coleman, pada tahun 1980 (dalam Maharini, 2001) menyatakan bahwa kehadiran seorang bayi dalam sebuah keluarga menumbuhkan perasaan yang menyenangkan, menggembirakan dan membahagiakan, apalagi bila anak sangat dikehendaki atau direncanakan sebelumnya oleh pasangan suami istri. Kelahiran anak pertama juga dapat menimbulkan suatu perasaan was-was, takut, panik dalam diri calon ibu karena baru pertama kali mengalami hal itu.
Perasaan-perasaan negatif tersebut dikarenakan timbulnya perasaan gelisah mengahadapi kenyataan akan hadirnya tangis bayi dalam keluarga, khawatir terhadap kesehatan dan keadaan bayi yang akan lahir, ataupun karena ibu merasa takut menghadapi masa-masa melahirkan bayi. Menurut Morgan, dkk. (dalam Maharini,2001), meskipun merasa gembira, senang dan bahagia tetapi menghadapi kelahiran bayi bagi perempuan yang sedang hamil untuk pertama kali merupakan situasi yang mengancam keberadaan dirinya, suatu situasi yang mengancam atau member tekanan tersebut akan menimbulkan emosi stres seperti emosi marah, takut, cemas, khawatir. Masa-masa melahirkan yang belum pernah dirasakan ibu sebelumnya menjadi pengalaman pertama sekaligus dapat menimbulkan rasa takut.
Menghadapi kelahiran anak, orang tua khususnya ibu diharapkan dalam kondisi siap baik mental maupun fisik, sehingga saat anak lahir dapat menerimanya dengan senang hati dan merawat serta mengasuhnya dengan fisik yang sehat. Seperti yang dikemukakan oleh Heardman (1987) bahwa kelahiran merupakan fungsi fisiologis normal, kelahiran kadang dapat lebih menyenangkan dan kadang kurang menyenangkan, akan tetapi jika dialami oleh orang sehat atau normal, maka seharusnya disertai dengan kepuasan dan perasaan berprestasi.
Pasangan suami istri yang memang telah menantikan kelahiran anak sebagai penerus keluarga dan telah siap baik dari segi fisik maupun materi, akan menerima kehadiran bayi dengan suka cita dan keluarga akan terasa lebih lengkap. Kehidupan keluarga yang harmonispun akan tercipta jika suami dan istri dapat menjalankan tugas mereka masing-masing dengan baik.
Perhatian suami dan keluarga terhadap istripun menjadi faktor pendukung, karena kondisi istri pada masa-masa setelah melahirkan belum stabil, baik pada keadaan hormon, kondisi fisik maupun perasaannya. Terlebih pada ibu yang melahirkan anak pertama karena semua hal itu baru pertama kali dialami. Kebahagiaan yang dirasakan setelah bayi lahir belum tentu bertahan lama.
Beberapa wanita yang mengalami proses kelahiran anak pertama akan merasakan suatu perasaan yang tidak menentu atau perasaannya goyah pada hari- hari setelah melahirkan. Dukungan dan perhatian keluarga tentunya sangat diperlukan untuk kesembuhan walaupun ada sebagian yang harus diatasi dengan obat jika depresi sudah sangat mangganggu (Sanders, 1992).
Setelah melewati proses kelahiran bayinya, akan timbul suatu kepuasan dan kesenangan yang luar biasa, juga timbul kenangan-kenangan akan persalinan. Begitu banyak pikiran, perasaan dan sensasi bertumpuk seperti kesakitan, kerja keras, ketidakpastian, kejengkelan, kegembiraan, perasaan was-was, keharusan merawat, tentang reaksi orang lain, setelah bayi lahir dapat dilihat dan digendong, mmeredanya rasa sakit, getaran jiwa, keletihan, dan kerinduan untuk tidur.
Banyak wanita mengalami perasaan yang menakutkan pada hari ketiga setelah persalinan, keadaan depresi ini disebut kemurungan hari ketiga. Satu diantara sepuluh wanita pada waktu pemeriksaan pasca persalinan tidak mencapai penyesuaian yang menyenangkan dengan cara hidupnya yang baru, tetapi merasa sangat rendah diri, sedih dan tidak puas dengan dirinya sendiri. Merasa tidak senang, marah, letih, tidak mampu mangatasi, merasa cemas akan bayinya serta kesehatannya, tidak bisa tidur. Semuanya itu timbul karena wanita mengalami depresi (Pitt, 1995).
Depresi setelah melahirkan atau dikenal dengan istilah post-partum depression dapat terjadi pada sebagian wanita karena wanita cenderung mudah terkena depresi. Terlebih setelah melahirkan anak pertama karena mengalami sesuatu yang belum pernah dialami sebelumnya. Depresi pasca melahirkan itu sendiri sebenarnya mengandung pengertian tidak tercapainya penyesuaian yang menyenangkan dengan cara hidupnya yang baru, tetapi merasa sangat rendah diri, sedih, tidak puas dengan dirinya sendiri pada masa setelah melahirkan (Pitt, 1995).
Depresi pasca melahirkan rata-rata berlangsung tiga sampai enam bulan, bahkan terkadang sampai delapan bulan, dan terjadi secara konstan dan terus menerus. Wanita setelah melahirkan ada yang mengalami simptom-simptom yang mirip dengan simptom depresi pasca melahirkan, yang dikenal dengan baby blues, yang dialami hampir 80% wanita yang baru melahirkan.
Hal ini berbeda dengan depresi pasca melahirkan karena baby blues hanya gangguan yang dialami paling lama enam minggu dan intensitas terjadinya juga lebih ringan. Ada 10-15% wanita yang baru melahirkan terkena efek depresi. Simptomnya beragam yang biasa muncul dalam bentuk kesedihan mendalam, sering menangis, insomnia, atau mudah tersinggung. Bentuk yang lain dapat juga berupa perasaan ketakutan, hilangnya nafsu makan, lesu sampai tidur berlebih. Parry juga menyatakan bahwa riwayat depresi meningkatkan resiko. Sepertiga dari perempuan yang pernah mengalami depresi setelah melahirkan, separuhnya mengalami depresi kembali setelah melahirkan bayi berikutnya. (Parry, 2003 dalam http.//www.geocities.com/psikologinet/referensi/ndepresi.html.).
Hal yang hampir sama juga disebutkan dalam Amera, 2008 bahwa 85% wanita mengalami gangguan mood atau suasana hati setelah melahirkan. Sebagian besar dari mereka mengalami apa yang disebut dengan baby blues, sedangkan kurang lebih 10-15% mengalami depresi pasca persalinan atau yang dikenal dengan istilah postpartum depression.
Pada wanita, ada berbagai hal yang dapat menjadi faktor penyebab timbulnya depresi pasca melahirkan. Depresi tersebut bisa disebabkan oleh karena pengaruh perubahan hormonal atau ketidakstabilan produksi kelenjar, adanya proses involusi, ibu kurang tidur serta lelah karena mengurus bayi, adanya konflik rumah tangga, keadaan sosial ekonomi yang lemah, trauma setelah melahirkan bayi cacat ataupun karena anak yang lahir tidak diharapkan (Parry, 2003 dalam http.//www.tabloidnakita.com/artikel.php3?edisi052267rubrik=kecil).
Penyebab depresi apabila  dikelompokkan dapat terbagi menjadi faktor emosi dan faktor fisik, yang termasuk faktor emosi adalah timbulnya rasa cemas dalam hal perawatan terhadap bayi yang baru dilahirkan dan adanya kekecewaan yang timbul setelah melalui proses persalinan yang tidak sesuai dengan yang dipikirkan (misalnya menghendaki kelahiran normal tetapi pada akhirnya dilakukan kelahiran secara caesar), sedangkan faktor penyebab secara fisik diantaranya adalah adanya perubahan kadar hormone dalam tubuh yang terjadi secara cepat atau karena kurang tidur dan timbulnya kelelahan selama merawat bayi yang baru dilahirkan.
Penyebab lain yang memungkinkan terjadinya depresi pasca melahirkan adalah kurangnya dukungan dari suami dan keluarga pada ibu yang melahirkan, kehamilannya tidak diinginkan, pernah mengalami keguguran, memiliki riwayat depresi yang memberi kemungkinan lebih besar untuk terkena depresi, dan wanita yang baru pertama kali melahirkan (http.//www.balita-anda.indoglobal.com/ dukadandepresi.html.).
Melihat banyaknya faktor penyebab terjadinya depresi tersebut memungkingkan setiap wanita yang melahirkan bayinya terkena depresi, dan penyebab depresi pada tiap-tiap wanita akan berbeda. Depresi pasca melahirkan dapat terjadi pada siapa saja dengan sebab-sebab yang berbeda. Wanita dapat terkena depresi setelah melahirkan bayinya karena merasakan suatu beban selama kehamilannya. Begitu juga wanita yang semula baik-baik saja bisa terkena depresi setelah bayinya lahir.
Hingga saat ini masih sedikit profesional yang menaruh atensi terhadap masalah ini. Padahal hal ini bisa berpengaruh fatal, yang tidak saja mencelakakan diri si ibu namun juga bisa mencelakakan orang lain, sebagaimana yang pernah dialami oleh Andrea Yates, seorang ibu lulusan SMA, asal Houston Amerika Serikat, ia membunuh kelima anaknya, dengan memasukkan mereka satu-persatu ke dalam bathub. Menurut para ahli, peristiwa tragis tersebut dipicu oleh depresi pasca melahirkan yang dialami Andrea setelah melahirkan anak kelimanya (Adiningsih, 2005).
Di negara Indonesia semula diperkirakan bahwa angka kejadian kecemasan pascapersalinan lebih rendah dari negara-negara lain, mengingat salah satu kepribadian bangsa Indonesia yang lebih sabar.
Namun kenyataannya, dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan di berbagai tempat di Indonesia, pada tahun 1998-2001 antara lain di Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya, ditemukan 11-30% ibu yang mengalami depresi atau kecemasan.
Di Indonesia hal ini juga pernah terjadi pada seorang ibu di kota Bandung Jawa Barat, bernama Aniek Qori’ah Sriwijaya yang berusia 31 tahun, ia lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Planologi dengan IPK lebih dari 3, membunuh 3 anaknya yang berusia 9 bulan sampai 6 tahun dengan cara dibekap menggunakan bantal dan kasur (Shinaga, 2006)
Di Medan Sumatera utara, khususnya di klinik bersalin Niar jumlah ibu nifas yang terdapat periode Januari – Oktober 2011 sebanyak 718 orang hampir 60% merasa cemas untuk merawat bayinya sendiri sampai tali pusat bayi putus / lepas.  Saat ini belum ditemukan yang pasti tentang penyebab kecemasan ibu pasca persalinan yang cukup berpengaruh terhadap hubungan ibu dan bayi secara intim.
Kemunculan depresi pada wanita setelah melahirkan ada beranekaragam jenisnya dan membutuhkan penanganan yang tepat. oleh karena itu penulis tergugah untuk  melakukan penyuluhan pada keluarga dengan judul “Gangguan psikologi ibu pasca melahirkan”.

B. Tujuan
  1. Menekan meningkatnya angka gangguan psikologi ibu pasca melahirkan
  2. Mengetahui apa itu gangguan psikologi ibu pasca melahirkan
  3. Mengetahi faktor- faktor penyebab terjadinya gangguan psikologi ibu pasca melahirkan
  4. Membantu ibu dan keluarga untuk melakukan penatalaksaan yang benar pada ibu yang mengalami gangguan psikologi pasca melahirkan
  5. Membantu mencegah terjadinya gangguan psikologi ibu pasca melahirkan dari awal
  6. Mencegah terjadinya kasus – kasus akibat Ibu yang membunuh, menelantarkan, membuang anaknya sendiri









BAB II
LANDASAN TEORI


A.  PROMOSI KESEHATAN

1. DEFINISI PROMOSI KESEHATAN
Promosi kesehatan adalah upaya mempengaruhi masyarakat agar menghentikan perilaku beresiko tinggi dan menggantikannya dengan perilaku yang aman atau pelaing tidak beresiko rendah. Program Promosi Kesehatan tidak di rancang ”di belakang meja”. Supaya efektif, program harus dirancang berdasarkan realitas kehidupan sehari-hari masyarakat sasaran setempat.
Umumnya ada empat faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat agar merubah perilakunya, yaitu:
  1. Fasilitasi, yaitu bila perilaku yang baru membuat hidup masyarakat yang melakukannya menjadi lebih mudah, misalnya adanya sumber air bersih yang lebih dekat;
  2. Pengertian yaitu bila perilaku yang baru masuk akal bagi masyarakat dalam konteks pengetahuan lokal,
  3. Persetujuan, yaitu bila tokoh panutan (seperti tokoh agama dan tokoh agama) setempat menyetujui dan mempraktekkan perilaku yang di anjurkan dan
  4. Kesanggupan untukmengadakan perubahan secara fisik misalnya kemampuan untuk membangun jamban dengan teknologi murah namun tepat guna sesuai dengan potensi yang di miliki.
Program promosi menekankan aspek ”bersama masyarakat”. Maksudnya adalah:
  1. Bersama dengan masyarakat fasilitator mempelajari aspek-aspek penting dalam kehidupan masyarakat untuk memahami apa yang mereka kerjakan, perlukan dan inginkan,
  2. Bersama dengan masyarakat fasilitator menyediakan alternatif yang menarik untuk perilaku yang beresiko misalnya jamban keluarga sehingga buang air besar dapat di lakukan dengan aman dan nyaman serta
  3. Bersama dengan masyarakat petugas merencanakan program promosi kesehatan dan memantau dampaknya secara terus-menerus.

2. PENYERAPAN MATERI DALAM PROMOSI KESEHATAN
Seseorang belajar melalui panca inderanya. Setiap indera ternyata berbeda pengaruhnya terhadap hasil belajar seseorang, sebagai mana gambaran berikut :

Oleh karena itu seseorang dapat mempelajari sesuatu dengan baik apabila ia menggunakan lebih dari satu indera
Apa yang bisa kita ingat :
10% dari yang kita baca
20% dari yang kita dengar
30% dari yang kita lihat
50% dari yang kita lihat dandengar
80% dari yang kita ucapkan
90% dari yang kita ucapkan dan Lakukan

3. METODE PROMOSI KESEHATAN
a. Jenis Metode Promosi Kesehatan
Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik Komunikasi, Sasaran yang dicapai dan Indera penerima dari sasaran promosi.




Berdasarkan Teknik Komunikasi
1) Metode penyuluhan langsung
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan sasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah, pertemuan diskusi (FGD), pertemuan di balai desa, pertemuan di Posyandu, dll.
2) Metode yang tidak langsung.
Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan perantara (media). Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak, melalui pertunjukan film, dsb

Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai
1)  Pendekatan PERORANGAN
Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung
dengan sasaran secara perorangan, antara lain : kunjungan rumah, hubungan
telepon, dan lain-lain
2) Pendekatan KELOMPOK
Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan sekolompok sasaran. Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam ketegori ini antara lain : Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok, Pertemuan FGD, dan lain-lain
3) Pendekatan MASAL
Petugas Promosi Kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus kepada sasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode yang masuk dalam golongan ini adalah : Pertemuan umum, pertunjukan kesenian, Penyebaran tulisan/poster/media cetak lainnya, Pemutaran film, dll

Berdasarkan Indera Penerima
1) Metode MELIHAT/MEMPERHATIKAN
Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan, seperti : Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/Photo, Pemasangan Koran dinding, Pemutaran Film
2) Metode PENDENGARAN
Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengar, umpamanya : Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dll
3) Metode “KOMBINASI”
Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat, didengar,dicium, diraba dan dicoba)

b. Kelebihan dan kekurangan masing-masing metode
Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah adalah suatu hubungan langsung antara penyuluh dengan masyarakat
sasaran dan keluarganya di rumah ataupun ditempat biasa mereka berkumpul. Biasanya
kegiatan ini disebut anjang sono, anjang karya, dsb.
Cara melakukannya dengan memperhatikan hal-hal seperti berikut :
1)      Ada maksud dan tujuan tertentu
2)      Tepat waktunya dan tidak membuang-buang waktu
3)      Rencanakan beberapa kunjungan berurutan untuk menghemat waktu
4)      Kunjungi pula sasaran yang jauh dan terpencil
5)      Metode ini untuk memperkuat metode-metode lainnya atau bila metode-metode lainnya tidak mungkin
Selama berkunjung harus diingat hal-hal seperti :
1)      Membicarakan soal-soal yang menarik perhatian
2)      Biarkan keluarga sasaran berbicara sebanyak-banyaknya dan jangan memotong
3)      pembicaraannya
4)      Bicara bila keluarga sasaran itu ingin mendengarkannya
5)      Bicara dalam gaya yang menarik sasaran
6)      Pergunakan bahasa umum yang mudah, bicara pelan-pelan dan suasana menyenangkan
7)      Harus sungguh-sungguh dalam pernyataan
8)      Jangan memperpanjang mempersilat lidah
9)      Biarkan keluarga sasaran merasa sebagai pemrakarsa gagasan yang baik
10)  Harus jujur dalam mengajar maupun belajar
11)  Meninggalkan keluarga sasaran sebagai kawan
12)  Catat tanggal kunjungan, tujuan, hasil dan janji
13)  Membawa surat selebaran, brosur, dsb untuk diberikan kepada keluarga sasaran. Ini
akan menjalin persahabatan
Kelebihan metode ini adalah :
1)      Mendapat keterangan langsung perihal masalah-masalah kesehatan
2)      Membina persahabatan
3)      Tumbuhnya kepercayaan pada penyuluh bila anjuran-anjurannya diterima
4)      Menemukan tokoh-tokoh masyarakat yang lebih baik
5)      Rintangan-rintangan antara penyuluh dengan keluarga sasaran menjadi kurang
6)      Mencapai juga petani yang terpencil, yang terlewat oleh metode lainnya
7)      Tingkat pengadopsian terhadap perilaku kesehatan yang baru lebih tinggi
Keterbatasannya adalah :
1)      Jumlah kunjungan yang mungkin dilakukan adalah terbatas
2)      Kunjungan-kunjungan yang cocok bagi keluarga sasaran dan penyuluh adalah terbatas
3)      sekali
4)      Kunjungan yang terlalu sering pada satu keluarga sasaran akan menimbulkan
5)      prasangka pada keluarga lainnya

Pertemuan Umum
Pertemuan umum adalah suatu pertemuan dengan peserta campuran dimana di sampaikan beberapa informasi tertentu tentang kesehatan untuk dilaksanakan oleh masyarakat sasaran.

Cara melakukannya dengan perencanaan dan persiapan yang baik, seperti :
1)      Rundingkan dahulu dengan orang-orang yang terkait
2)      Konsultasi dengan tokoh-tokoh setempat dan buatlah agenda acara sementara
3)      Jaminan kedatangan para nara sumber lainnya (bila diperlukan)
4)      Usahakan ikut sertanya semua golongan di tempat itu.
Hal-hal perlu diperhatikan :
1)      Rapat diselenggarakan ditempat yang letaknya strategis, dengan penerangan dan udara yang segar
2)      Waktu yang dipilh adalah waktu luang masyarakat
3)      Pada siang hari, bila tempat-tempat tinggal orang berjauhan
4)      Tepat memulai dan mengakhiri pertemuan
5)      Perhatikan ditujukan kepada tujuan pertemuan dengan memberikan kesempatan untuk berdiskusi. Hindari pertengkaran pendapat
6)      Anjuran mempergunakan alat-alat peraga
7)      Usaha-usaha menarik perhatian, menggugah hai dan mendorong kegiatan
8)      Memberikan penghargaan kepada semua golongan yang hadir
9)      Libatkan tokoh-tokoh masyarakat setempat
10)  Usahakan kegiatan lanjutan (bila ada)
11)  Berikan selembaran-selembaran yang sesuai dengan materi yang didiskusikan
Kelebihan metode ini adalah :
1)      Banyak orang yang dicapai
2)      Menjadi tahap persiapan untuk metode lainnya
3)      Perkenalan pribadi dapat ditingkatkan
4)      Segala macam topik/judul dapat diajukan
5)      Adopsi suatu anjuran secara murah/sedikit biaya
Kekurangan / keterbatasannya :
1)      Tempat dan sarana pertemuan tidak selalu cukup
2)      Waktu untuk diskusi biasanya terbatas sekali
3)      Pembahasan topik sedikit lebih sulit karena peserta yang hadir adalah campuran
4)      Kejadian-kejadian di luar kekuasaan seperti cuaca buruk, dsb dapat mengurangi jumlah kehadiran

Pertemuan Diskusi ( Kelompok Diskusi Terfokus )
Pertemuan diskusi adalah untuk kelompok yang lebih kecil atau lebih sedikit pesertanya yaitu berkisar 12-15 orang saja. Harus ada partisipasi yang baik dari peserta yang hadir. Biasanya dipergunakan untuk menjelasan suatu informasi yang lebih rinci dan mendetail serta pertukaran pendapat mengenai perubahan perilaku kesehatan.
Keberhasilanpertemuan FGD banyak tergantung dari petugas penyuluh untuk :
1)      Memperkenalkan soal yang dapat perhatian para peserta
2)      Memelihara perhatian yang terus menerus dari para peserta
3)      Memberi kesempatan kepada semua orang untuk mengemukakan pendapatnya dan menghindari dominasi beberapa orang saja
4)      Membuat kesimpulan pembicaraan-pembicaraan dan menyusun saran-saran yang diajukan
5)      Berikan bahan-bahan informasi yang cukup agar peserta sampai pada kesimpulan yang tepat.

Demonstrasi cara atau percontohan
Demontrasi adalah memperlihatkan secara singkat kepada suatu kelompok bagaimana
melakukan suatu perilaku kesehatan baru. Metode ini lebih menekankan pada bagaimana cara melakukannya suatu perilaku kesehatan. Kegiatan ini bukan lah suatu percobaan atau pengujian, tetapi sebuah usaha pendidikan. Tujuannya adalah untuk meyakinkan orang-orang bahwa sesuatu perilaku kesehatan tertentu yang dianjurkan itu adalah berguna dan praktis sekali bagi masyarakat. Demonstrasi ini mengajarkan suatu ketrampilan yang baru.
Cara melakukannya dengan segala perencanaan dan persiapan yang diperlukan, seperti :
1)      Datang jauh sebelum kegiatan di mulai untuk memeriksa peralatan dan bahan yan diperlukan
2)      Mengatur tempat sebaik mungkin, sehingga semua peserta dapat melihatnya dan ikut dalam diskusi
3)      Demonstrasi dilakukan tahap demi tahap sambil membangkitkan keinginan peserta untuk bertanya-tanya
4)      Berikan kesempatan pada wakil peserta untuk mencoba ketrampilan perilaku yang baru
5)      Berikan selebaran yang cepat (brosur, dll) yang bersangkutan dengan demostrasi itu
Anjuran :
1)      Pilihlah topik yang berdasarkan keperluan masyarakat
2)      Demonstrasi dilakukan tepat masanya
3)      Pengumuman yang luas sebelum waktunya untuk menarik banyak perhatian dan peserta
4)      Pergunakan alat-alat yang mudah di dapat orang
5)      Hilangkan keraguan-raguan, tetapi hindarikan pertengkaran mulut
6)      Hargai cara-cara yang biasa dilakukan masyarakat
Kelebihan / keuntungan metode ini :
1)      Cara mengajar ketramilan yang efekif
2)      Merangsasang kegiatan
3)      Menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri
Kekurangan / keterbatasannya :
1)      Memerlukan banyak persiapan, peralatan dan ketrampilan
2)      Merugikan bila demonstrasi dilaksanakan dengan kualitas yang buruk




4. MEDIA PROMOSI KESEHATAN
a. Pengertian
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi
b. Kegunaan
Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis dengan
photo dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik secara kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu :
1)      Alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran
2)      Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh sasaran
Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan :
1)      Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan contoh yang telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah tafsir atau salah pengertian tentang bentuk plengsengan dapat dihindari.
2)      Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.
3)      Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang mengesankan.
4)      Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
5)      Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.

c. Jenis / Macam Media
Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar :
1). Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.
Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal, mempunyai
bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini kelemahannya tidak selalu mudah
dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu mengajar.
Termasuk dalam macam alat peraga ini antara lain :
a)      Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb
b)      Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing dalam botol pengawet, dll
c)      Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti oralit, dll

2). Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya.
Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal
ini dikarena menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda asli yang
terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan
seperti tanah, kayu, semen, plastik dan lain-lain.

3). Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dll.
Poster
      Adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan sedikit kata-kata. Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau photo.
      Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan singkat. Karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong untuk bertindak.
Leaflet
      Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat yang singkat,
padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan penecegahannya, dan lain-lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan - pertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di photo copy.

4. Gambar alat optik. seperti photo, slide, film, dll
Photo
Sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk :
a)      Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan, menggambarkan suatu cerita, kegiatan dan lain-lain. Dikumpulkan dalam sebuah album. Album ini bisa dibawa dan ditunjukan kepada masyarakat sesuai dengan topik yang sedang di diskusikan. Misalnya
b)      album photo yang berisi kegiatan-kegiatan suatu desa untuk merubah kebiasaan BABnya menjadi di jamban dengan CLTS sampai mendapat pengakuan resmi dari Bupati.
c)      Dokumentasi lepasan. Yaitu photo-photo yang berdiri sendiri dan tidak disimpan dalam bentuk album. Menggambarkan satu pokok persoalan atau titik perhatian. Photo ini digunakan biasanya untuk bahan brosur, leaflet, dll
Slide
Slide pada umumnya digunakan dengan sasaran kelompok atau grup. Slide ini sangat effektif untuk membahas suatu topic tertentu, dan peserta dapat mencermati setiap materi dengan cara seksama, karena slide sifatnya dapat diulang-ulang
Film
Film lebih kearah sasaran secara masal, sifatnya menghibur namun bernuansa edikatif.

5. SASARAN PROMOSI KESEHATAN
a. Sasaran primer
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empow-erment).
b. Sasaran sekunder
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran sekunder karena dengan memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat disekitarnya. Disamping itu dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil pendidikan kesehatan yang diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan sosial (social support).
c. Sasaran tersier
Para pembuat keputusan atau penentuan kebijakan baik ditingkat pusat, maupun daerah adalah sasaran tersier pendidikan kesehatan dengan kebijakan – kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum (sasaran primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tersier ini sejalan dengan strategi advokasi.

6. EMPAT FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI MASYARAKAT AGAR MERUBAH PERILAKUNYA
a)         Fasilitasi, yaitu bila perilaku yang baru membuat hidup masyarakat yang melakukannya menjadi lebih mudah, misalnya adanya sumber air bersih yang lebih dekat;
b)         Pengertian yaitu bila perilaku yang baru masuk akal bagi masyarakat dalam konteks pengetahuan lokal,
c)         Persetujuan, yaitu bila tokoh panutan (seperti tokoh agama dan tokoh agama) setempat menyetujui dan mempraktekkan perilaku yang di anjurkan dan
d)        Kesanggupan untuk mengadakan perubahan secara fisik misalnya kemampuan untuk membangun jamban dengan teknologi murah namun tepat guna sesuai dengan potensi yang di miliki.

Pembangunan sarana air bersih, sarana sanitasi dan program promosi kesehatan dapat dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan apabila:
a)      Program tersebut direncanakan sendiri oleh masyarakat berdasarkan atas identifikasi dan analisis situasi yang dihadapi oleh masyarakat, dilaksanakan, dikelola dan dimonitor sendiri oleh masyarakat.
b)      Ada pembinaan teknis terhadap pelaksanaan program tersebut oleh tim teknis pada tingkat Kecamatan.
c)      Ada dukungan dan kemudahan pelaksanaan oleh tim lintas sektoral dan tim lintas program di tingkat Kabupaten dan Propinsi.

8. TUJUAN PROMOSI KESEHATAN
Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan adalah untuk mencapai 3 hal, yaitu:
a)      Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat
b)      Peningkatan perilaku masyarakat
c)      Peningkatan status kesehatan masyarakat
9. VISI PROMOSI KESEHATAN
Dimana masyarakat MAMPU dan MAU memperoleh kesehatnnya

10. MISI PROMOSI KESEHATAN
1. Advokasi
2. Mediator
3. Pemberdayaan

B. GANGGUAN PSIKOLOGI IBU POST PARTUM
            Gangguan psikologi ibu post partum diantaranya dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Post Partum Blues
2. Depresi Post Partum
3. Post Partum Psikosa

1. Depresi Pasca Kelahiran (Post Partum Blues)
a. Pengertian Post Partum Blues
Post Partum Blues (PBB) sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan.

b.  Penyebab Post Partum Blues
Dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan, tetapi bila tidak ditatalaksanai dengan baik dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis salin yang mempunyai dampak lebih buruk terutama dalam hubungan perkawinan dengan  suami dan perkembangan anaknya.




c. Gejala Post Partum Blues
Gejala-gejala yang terjadi:
1. Reaksi depresi/sedih/disforia
2. Menangis
3. Mudah tersinggung atau iritabilitas
4. Cemas
5. Labil perasaan
6. Cendrung menyalahkan diri sendiri
7. Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.
           
            Ibu merasakan kesedihan karena kebebasan, otonomi, interaksi sosial, kurang kemandirian. Hal ini akan mengakibatkan depresi pasca persalinan (depresi post partum). Depresi masa nifas merupakan gangguan afeksi yang sering terjadi pada masa nifas, dan tampak dalam minggu pertama pasca persalinan.
            Insiden depresi post partum sekitar 10-15 persen. Post partum blues disebut juga maternity blues atau sindrom ibu baru. Keadaan ini merupakan hal yang serius, sehingga ibu memerlukan dukungan dan banyak istirahat.

d. Gambaran Klinik, Pencegahan dan Penatalaksanaan
Banyak faktor yang dianggap mendukung pada sindroma ini:
1. Faktor hormonal yang terlalu rendah
2. Faktor demografik yaitu umur dan parietas
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
4. Latar belakang psikososial yang bersangkutan

e. Cara mengatasi
Dengan mempersiapkan persalinan dengan lebih baik, maksudnya disini tidak hanya menekankan pada materi tapi yang lebih penting dari segi psikologi dan mental ibu
Hal-hal yang disarankan pada ibu adalah sebagai berikut:
1.      Minta bantuan suami atau keluarga jika ibu ingin istirahat
2.      Beritahu suami tentang apa yang dirasakan oleh ibu
3.      Buang rasa cemas dan khawatir akan kemampuan merawat bayi
4.      Meluangkan waktu dan cari hiburan untuk diri sendiri
f. Pencegahannya dapat dilakukan dengan:
1. beristirahat ketika bayi tidur
2. berolah raga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
3. tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
4. bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
5. bersikap fleksibel dan bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru
6. kempatan merawat bayi hanya dating satu kali

2.    Depresi Post Partum
a. Pengertian Depresi Post Partum
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapanpun bahkan sampai 1 tahun kedepan.
Pitt tahun 1988 dalam Pitt (regina dkk,2001) depresi post parum  adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan dan kehilangan libido (kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami).
Llewelly-jones (1994) menyatakan wanita yang didiagnosa mengalami depresi 3 bulan pertama setelah melahirkan. Wanita tersebut secara social dan emosional meras terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya.
Hadi (2004), menyatakan secara sederhana dapat dikatakan bahwa depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan, suatu perasaan tidak ada harapan lagi.
Kartono (2002), menyatakan bahwa depresi adalah keadaan patah hati atau putus asa yang disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulus tertentu, pengurangan aktivitas fisik maupun mental dan kesulitan dalam berpikir, Lebih lanjut Kartono menjelaskan bahwa gangguan depresi disertai kecemasan , kegelisahan dan keresahan, perasaan bersalah, perasaan menurunnya martabat diri atau kecenderungan bunuh diri.
Trisna (Hadi, 2004), menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai dari perasaan murung sedikit sampai pada keadaan tidak berdaya. Individu yakin tidak melakukan apa pun untuk mengubahnya dan merasa bahwa respon apa pun yang dilakukan tidak akan berpengaruh pada hasil yang muncul.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi post partum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus-menerus sampai 6 bulan atau bahkan sampai satu tahun.

b. Penyebab Depresi Post Partum
Disebabkan karena gangguan hormonal. Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan progesterone.
Pitt(regina dkk,2001) mengemukakan 4 faktor penyebab depresi post partum:
a. Faktor konstitusional
Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita primipara. Wanita primipara lebih umum menderita blues karena setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.
b. Faktor fisik
Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari diantara kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh pada keseimbangan. Kadang progesteron naik dan estrogen yang menurun secara cepat setelah melahirkan merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.
c. Faktor psikologis
Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada akhir kehamilan menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian psikologis individu. Klaus dan Kennel (Regina dkk, 2001), mengindikasikan pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini untuk memulai hubungan baik antara ibu dan anak.
d. Faktor social
Paykel (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu – ibu, selain kurangnya dukungan dalam perkawinan.

Menurut Kruckman (Yanita dan zamralita, 2001), menyatakan terjadinya depresi pascasalin dipengaruhi oleh faktor :
1.      Biologis. Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat kadar hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat.
2.      Karakteristik ibu, yang meliputi :
a.       Faktor umur. Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20–30 tahun, dan hal ini mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu.
b.      Faktor pengalaman. Beberapa penelitian diantaranya adalah pnelitian yang dilakukan oleh Paykel dan Inwood (Regina dkk, 2001) mengatakan bahwa depresi pascasalin ini lebih banyak ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Le Masters yang melibatkan suami istri muda dari kelas sosial menengah mengajukan hipotesis bahwa 83% dari mereka mengalami krisis setelah kelahiran bayi pertama.
c.       Faktor pendidikan. Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak–anak mereka (Kartono, 1992).
d.      Faktor selama proses persalinan. Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang digunakan selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi pascasalinan.
e.       Faktor dukungan sosial. Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan pascasalin, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.

c. Gejala Depresi Post Partum
Gejala yang menonjol dalam depresi post partum adalah trias depresi yaitu:
1. berkurangnya energi
2. penurunan efek
3. hilang minat (anhedonia)
Hal senada juga diungkapkan oleh Ling dan Duff (2001), bahwa gejala depresi postpartum yang dialami 60 % wanita hampir sama dengan gejala depresi pada umumnya. Tetapi dibandingkan dengan gangguan depresi yang umum, depresi postpartum mempunyai karakteristik yang spesifik antara lain :
1)   Mimpi buruk. Biasanya terjadi sewaktu tidur REM. Karena mimpi – mimpi yang menakutkan, individu itu sering terbangun sehingga dapat mengakibatkan insomnia.
2)   Insomnia. Biasanya timbul sebagai gejala suatu gangguan lain yang mendasarinya seperti kecemasan dan depresi atau gangguan emosi lain yang terjadi dalam hidup manusia.
3)   Phobia. Rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang tidak dapat dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun diketahuinya bahwa hal itu irasional adanya. Ibu yang melahirkan dengan bedah Caesar sering merasakan kembali dan mengingat kelahiran yang dijalaninya. Ibu yang menjalani bedah Caesar akan merasakan emosi yang bermacam–macam. Keadaan ini dimulai dengan perasaan syok dan tidak percaya terhadap apa yang telah terjadi. Wanita yang pernah mengalami bedah Caesar akan melahirkan dengan bedah Caesar pula untuk kehamilan berikutnya. Hal ini bisa membuat rasa takut terhadap peralatan peralatan operasi dan jarum (Duffet-Smith, 1995).
4)   Kecemasan. Ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahuinya.
5)   Meningkatnya sensitivitas. Periode pasca kelahiran meliputi banyak sekali penyesuaian diri dan pembiasaan diri. Bayi harus diurus, ibu harus pulih kembali dari persalinan anak, ibu harus belajar bagaimana merawat bayi, ibu perlu belajar merasa puas atau bahagia terhadap dirinya sendiri sebagai seorang ibu. Kurangnya pengalaman atau kurangnya rasa percaya diri dengan bayi yang lahir, atau waktu dan tuntutan yang ekstensif akan meningkatkan sensitivitas ibu (Santrock, 2002).
6)   Perubahan mood. Menurut Sloane dan Bennedict (1997), menyatakan bahwa depresi postpartum muncul dengan gejala sebagai berikut : kurang nafsu makan, sedih – murung, perasaan tidak berharga, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri, anhedonia, menyalahkan diri, lemah dalam kehendak, tidak mempunyai harapan untuk masa depan, tidak mau berhubungan dengan orang lain.

Di sisi lain kadang ibu jengkel dan sulit untuk mencintai bayinya yang tidak mau tidurdan menangis terus serta mengotori kain yang baru diganti. Hal ini menimbulkan kecemasan dan perasaan bersalah pada diri ibu walau jarang ditemui ibu yang benar–benar memusuhi bayinya.

d. Depresi post partum tandai oleh
1)      mood depresi.
2)      kecemasan yang berlebihan.
3)      insomnia.
4)      Onset 3 – 6 bln Post partum.

e. Gambaran Klinik, Pencegahan dan Penatalaksanaan
Monks dkk (1988) mengatakan depresi post partum merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti labilitas efek, kecemasan dan depresi pada ibu yang dapat berlangsung berbulan-bulan.

f. Faktor resiko:
1. keadaan hormonal
2. dukungan sosial
3. emotional relationship
4. komunikasi dan kedekatan
5. struktur keluarga
6. antropologi
7. perkawinan
8. demografi
9. stressor psikososial dan lingkungan
Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid, progesteron dan estrogen. Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga harus memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat  sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
1. beristirahat dengan baik
2. berolahraga yang ringan
3. berbagi cerita dengan orang lain
4. bersikap fleksible
5. bergabung dengan orang-oarang baru
6. sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis

Bila Depresi Postpartum Dibiarkan Penderita mungkin merasa bersalah dan kehilangan kepercayaan pada diri sendiri sebagai seorang ibu. Perasaan ini bisa membuat depresi Anda lebih parah. Para peneliti percaya depresi postpartum pada ibu sangat memengaruhi bayinya.
Dalam hal ini bayi akan :
1)      Mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa
2)      Masalah dengan ikatan ibu-anak
3)      Bermasalah dalam perilaku.
4)      Menangis lebih sering
Akan sangat membantu jika suami atau pengasuh dapat membantu memenuhi kebutuhan bayi disaat Anda mengalami depresi. Semua anak berhak mendapat kesempatan untuk memiliki ibu yang sehat. Dan semua ibu layak mendapatkan kesempatan untuk menikmati hidup bersama anak-anak mereka.

g. Pengobatan Depresi
Secara umum ada dua jenis pengobatan untuk depresi:
1) Talk Therapy: Melibatkan pembicaraan dengan seorang psikolog, terapis, atau pekerja sosial untuk belajar mengubah cara pasien depresi dalam berpikir, merasa, dan bertindak.
2) Medis: Dokter akan memberikan resep obat antidepresan. Obat-obatan ini dapat membantu meredakan gejala depresi.
Metoda-metoda pengobatan dapat digunakan sendiri atau secara bersamaan. Jika Anda mengalami depresi, akan sangat memengaruhi bayi Anda. Pengobatan yang ditangani dengan segera sangat penting bagi diri Anda sendiri maupun bayi Anda. Bicarakan dengan dokter Anda tentang manfaat serta risiko dari obat antidepresan tersebut di saat Anda dalam kondisi hamil maupun menyusui.

3.  Post Partum Psikosa
a. Pengertian Post Partum Psikosa
Adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan. Suatu periode ketika seorang wanita kehilangan sentuhan dengan kenyataan Insiden : 1 - 2 wanita per 1.000 (jarang) Bentuk yang paling berat. sering salah didiagnosis. tingkat bunuh diri 5% dan tingkat pembunuhan bayi 4%.

b. Penyebab Post Partum Psikosa
Disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau masalah psikiatrik lainnya yang disebut schizoaffektif disorder. Wanita tersebut mempunyai resiko tinggi untuk terkena post partum psikosa.
Penyebab lain:
1)      Tidak jelas
2)      Risk factor :
a)      perubahan hormon wanita
b)      kurangnya dukungan sosial dan emosional,
c)      minder karena penampilan postpartum wanita
d)     perasaan tidak memadai sebagai seorang ibu
e)      perasaan terisolasi dan sendirian
f)       mengalami masalah keuangan
g)      mengalami perubahan besar dalam hidup seperti pindahan atau mulai pekerjaan baru.
c. Gejala Post Partum Psikosa
Gejala yang sering terjadi adalah:
1. delusi
2. halusinasi
3. gangguan saat tidur
4. obsesi mengenai bayi

d. Tanda-tanda psikosa postpartum :
1)   Halusinasi
2)   Delusi,
diartikan sebagai ekspresi kepercayaan yang dimunculkan kedalam kehidupan nyata seperti merasa dirinya diracun oleh orang lain, dicintai, ditipu, merasa dirinya sakit atau disakiti. Gangguan delusi dapat terjadi pada siapa saja dengan beberapa kondisi tertentu, tanpa mestinya adanya gejala yang menunjukkan skizofrenia.
3)   Pikiran yang tidak logis
4)   Insomnia
5)   Menolak untuk makan
6)   Perasaan cemas yg berlebihan
7)   Delirium atau mania
adalah kondisi di mana seseorang mengalami kebingungan parah dan terjadi secara tiba-tiba. Pada penderita terjadi penurunan fungsi mental dan kesulitan berkonsentrasi.
8)   Ingin bunuh diri.

e. Gambaran Klinik, Pencegahan dan Penatalaksanaan
Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena perubahan mood secara drastis, dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi euforia dalam waktu singkat. Penderita kehilangan semangat dan kenyamanan dalam beraktifitas,sering menjauhkan diri dari teman atau keluarga, sering mengeluh sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-berdebar serta nafas terasa cepat.
Untuk mengurangi jumlah penderita ini sebagai anggota keluarga hendaknya harus lebih memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta memberikan dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan perhatian.
Saran kepada penderita untuk:
1. beristirahat cukup
2. mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang
3. bergabung dengan orang-orang yang baru
4. bersikap fleksible
5. berbagi cerita dengan orang terdekat
6.sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis

f. Faktor resiko :
1)      riwayat psikosis, gangguan bipolar (GB) atau skizofrenia
2)      riwayat keluarga psikosis, gangguan bipolar, atau skizofrenia
3)      Berulang pada 20 – 50 % kasus. 
4)      Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifatepisodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup
5)      Skizofrenia : gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri.
6)      Skizofrenia Tipe I ditandai dengan menonjolnya gejala-gejala positif seperti halusinasi, delusi, dan asosiasi longgar, sedangkan pada
7)      Skizofrenia Tipe II ditemukan gejala-gejala negative seperti penarikan diri, apati, dan perawatan diri yang buruk. 

g. Pengobatan :
1)      Idem dengan depressi
2)      Jika diperkirakan menimbulkan ancaman bagi diri sendiri atau orang lain dirawat di rumah sakit.
3)      Obat : anti psikotik, antidepressan dan anti ansietas

C PEREBEDAAN DEPRESI POST PARTUM DENGAN BABY BLUES
Karakteristik
Baby Blues
Depresi post partum
Insiden
Onset

Durasi
Stressor yg berhubungan

Keterlibatan budaya

Riw. Gangguan Mood
Menangis
Labilitas mood

Anhedonia

Gangguan tidur
Pikiran bunuh diri
Pikiran untuk mencelakakan bayinya
Rasa berdosa

Riwayat  Keluarga dengan ganguan mood
50 % wanita melahirkan
3 – 5 hari Post Partum

berhari s/d berminggu
Tidak ada

Tidak ada. Dapat terjadi pada berbagai budaya
Tidak ada.
Ya
Ya

Tidak ada

Kadang-kadang
Tdk ada
Jarang

Tdk ada atau ringan

Tdk ada hubungan
Kadang-kadang
10 % wanita melahirkan
Dalam 3 – 6 bulan post partum
Berbulan s/d bertahun
Terutama tidak adanya support.
Sangat kuat.
Ya
Erat hubungannya.
Ya
Selalu ada. kadang mood = depresi.
Selalu ada.
Hampir selalu
Kadang-kadang
Selalu
Selalu ada dan berlebihan
Beberapa berhubungan
Hampir selalu





BAB II
SAP ( SATUAN ACARA PENYULUHAN)

A. SASARAN PROMOSI KESEHATAN
Jumlah:
50 Kepala Keluarga (2 orang/1 Kepala Keluarga), 100 audience/orang
  1. Karakter
SD                               : 13 Kepala Keluarga
SMP                            : 7 Kepala Keluarga
SMA                           : 6 Kepala Keluarga
TS                                : 11 Kepala Keluarga
Perguruan tinggi          : 15 Kepala Keluarga
  1. Data Epidemologi
Kabupaten: Sumatera Utara                Desa: Nias
Post Partum Blues       : 63%
Depresi Post partum    : 34%  
Post partum Psikosa    : 3%
  1. Data Demografi
Laki – laki                   : 160.000 orang
Perempuan                  : 130.000 orang
Usia bayi dan balita    : 800.000 orang
Usia anak – anak         : 650.000 orang
Usia remaja                 : 100.000 orang
Usia Menopouse         : 550.000 0rang
  1. Data Geografi
Batas Utara                 : Padang sidempua
Batas Selatan              : Siboga
Batas Barat                 : Balige
Batas Timur                 : Mantatimali


  1. Sasaran promosi kesehatan menurut tatanan
Tatanan
Sasaran Primer
Sasaran Sekunder
Sasaran Tersier
Gangguan Psikologi Ibu Post Partum
Ibu Post Partum, Ibu hamil, Ibu muda.
Suami, Orang tua, Mertua, Keluarga dan saudara terdekat.
Ketua RT/RW, Kepala Desa, Ketua Adat Desa.

B. TUJUAN PROMOSI KESEHATAN
  1. Menekan meningkatnya angka gangguan psikologi ibu pasca melahirkan
  2. Mengetahui apa itu gangguan psikologi ibu pasca melahirkan
  3. Mengetahi faktor- faktor penyebab terjadinya gangguan psikologi ibu pasca melahirkan
  4. Membantu ibu dan keluarga untuk melakukan penatalaksaan yang benar pada ibu yang mengalami gangguan psikologi pasca melahirkan
  5. Membantu mencegah terjadinya gangguan psikologi ibu pasca melahirkan dari awal

C. MATERI PROMOSI KESEHATAN
Materi dalam penyuluhan ini adalah Gangguan Psikologi Ibu Postpartum

D. ISI MATERI PROMOSI KESEHATAN
  • Fakta – fakta di Sumatera utara dan di klinik rumah bersalin Niar Sumatera utara
  • Macam – macam Gangguan psikologi ibu post partum
  • Post partum blues:
1.      pengertian post partum blues
2.      Penyebab post partum blues
3.      Gejala post partum blues
4.      Cara mengatasi
5.      Pencegahannya
  • Depresi post partum
1.      pengertian depresi post partum
2.      Penyebab depresi post partum
3.      Gejala depresi post partum
4.      Depresi post partum tandai oleh
5.      Gambaran klinik, pencegahan dan penatalaksanaan
6.      Faktor resiko:
7.      Pengobatan depresi
  • Post partum psikosa
1.      Pengertian post partum psikosa
2.      penyebab post partum psikosa
3.      Gejala post partum psikosa
4.      Tanda-tanda psikosa postpartum
5.      Gambaran klinik, pencegahan dan penatalaksanaan
6.      Faktor resiko
7.      Pengobatan
  • Perbedaan depresi post partum dengan baby blues

E. MEDIA PROMOSI KESEHATAN
Media yang akan digunakan dalam promosi kesehatan ini adalah power poit dan video.

F. TEMPAT PROMOSI KESEHATAN
Promosi kesehatan ini akan dilakukan di Balai Desa Niar Sumatera Utara 

G. MATERI

NO
Kegiatan
Waktu
Media
1.
Pembukaan
a. Salam
b. Sambutan
c. Perkenalan
c. Penyampaian judul materi
09.00 – 09.05
Power Point
2.
Penyampaian Isi Materi
09.05 – 09.35
Power Point dan Video
3.
Penutup
a. Tanya Jawab
b. Kesimpulan
09.35 – 10.10
-
TOTAL WAKTU
70 Menit











BAB IV
PENUTUP


A. KESIMPULAN
·         Gangguan psikologi post partum diantaranya depresi post parum, post partum blues, dan post partum psikosa.
·         Post Partum Blues (PBB) sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan.
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapanpun bahkan sampai 1 tahun kedepan.
·         Post partum psikosa adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan.

B. SARAN
·         Bagi Bidan/Penyaji
Diharapkan penyuluhan ini dapat menambah pengetahuan dalam memberikan pelayanan kebidanan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi Petugas – petugas Kesehatan Setempat
Diharapkan dengan penyuluhan ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang kebidanan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education dalam perawatan luka perineum untuk mencegah infeksi.
·         Bagi Audience
Agar lebih dapat mendeteksi dini gejala – gejala gangguan psikologi sehingga, dapat melakukan penangganan secara dini


·         Bagi tempat pelaksanaan penyaji
Diharapkan pada tempat dapat lebih mmenyediakan fasilitas khusus pada ibu – ibu postpartum, sehingga tidak mengalami penyulit post partum
·         Bagi tokoh masyarakat
Agar dapat melakukan hubungan/interaksi yang lebih dekat lagi dengan para keluarga sehingga dapat merencanakan penanggulanan dini pada gejal gangguan psikologi ibu bersalin






DAFTAR PUSTAKA

·         Erikania, J. 1999. Mengenal Post Partum Blues. Nakita. 8 Mei 199. No.   05/1. Halaman 6. Jakarta : PT Kinasih Satya Sejati.
·         Hadi, P. 2004. Depresi dan Solusinya. Yogyakarta : Tugu
·         Hadi, S. 1990. Metodologi Research II. Yogyakarta : Andi offset.
·         Hinton, J. 1989. Depresi dan Perawatannya. Jakarta : Dian Rakyat.
·         Ibrahim, Z. 2002. Psikologi Wanita. Bandung : Pustaka Hidayah.
·         http://bukankuygbiasa.blogspot.com/2007/02/depresi-post partum.html/
·         http://fadlan’s world-sheikh famili-depresi pasca melahirkan